Tragedi Bintaro 1987

Bab VI  Ilmu Budaya Dasar

Manusia dan Penderitaan 


A. Pengertian dari Penderitaan

Penderitaan adalah berasal dari kata Derita, yang berasal dari kata Bahasa Sansekerta . Dhra artinya menahan ataupun menanggung. Derita artinya ialah menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir dan bathin. Yang termasuk penderitaan ialah keluh kesah, kesengsaraan, kekenyangan, kepanasan , ataupun lain-lain yang tidak mengenakan.

Penderitaan juga dapat di temukan melalui trauma yang mendalam, ejekan, atau hinaan yang parah (SARA) . Jadi jika ada teman kita yang kesusahan jangan lah kita menghina nya, tetapi kita harus membantu nya , membangkitkan jiwa nya agar tidak merasa terulang kembali rasa penderitaan nya.

Kali ini kita akan membahas penderitaan saudara kita pada 27 tahun yang lalu yaitu Tragedi Bintaro tahun 1987.

Tragedi Bintaro 1987

Tepat 25 tahun yang lalu, 156 nyawa melayang dan lebih dari 300 orang mengalami luka ringan dan berat dalam tabrakan langsung antara dua kereta diesel di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan. kecelakaan kereta di Senin Pon pagi 19 Oktober 1987 itu berawal dari dua kesalahpahaman.

Kesalahpahaman pertama terjadi antara petugas stasiun Sudimara dan petugas stasiun Kebayoran Lama tentang tempat di mana seharusnya persilangan antara KA225  dan KA220 terjadi.

Saat itu, sekitar pk 06.30 pagi, KA225 jurusan Stasiun Jakarta Kota menunggu di salah satu lajur di stasiun Sudimara dan KA220 jurusan Merak menunggu di salah satu lajur stasiun Kebayoran Lama. Perdebatan berakhir dengan ‘mengalahnya’ petugas stasiun Sudimara: KA225 harus langsir dan pindah lajur untuk memungkinkan lewatnya KA220 di stasiun Sudimara.

Kesalahpahaman kedua yang terjadi di Stasiun Sudimara antara petugas stasiun, Djamhari dan Masinis KA225 jurusan Stasiun Jakarta Kota, Slamet Suradio.

Berangkatnya KA225 pada pukul 07.00 WIB itu menimbulkan kepanikan hebat di Stasiun Sudimara karena pada saat yang sama di lajur tersebut telah melaju KA 220 yang diberangkatkan dari Stasiun Kebayoran Lama pada pukul 06.50 menuju stasiun Sudimara, tanpa menunggu sinyal aman dari Stasiun Sudimara.

Walau kedua kereta diesel melaju dengan kecepatan rendah, antara 25 sampai 45 km/jam saja, namun momentum yang terjadi saat tabrakan sangatlah besar. Hal ini menyebabkan salah satu lokomotif KA melesak masuk dan terbungkus oleh gerbong kereta yang menghantamnya dari belakang dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa.

Kecelakaan kereta di Bintaro ini adalah salah satu kecelakaan kereta dengan korban jiwa terbesar di Indonesia. Dikutip dari Wikipedia, sebagai buntut peristiwa tersebut Masinis KA 225 Slamet Suradio diganjar 5 tahun kurungan. Kondektur KA225, Adung Syafei, dijatuhi hukuman penjara selama 2 tahun 6 bulan dan Umrihadi, pimpinan Stasiun Kebayoran Lama dipenjara selama 10 bulan.

Kebebasan seorang masinis untuk ber-manoeuvre juga sangat terbatas. Tidak seperti mobil atau moda angkutan jalan, seorang masinis tidak bisa banting stir ke kiri atau ke kanan untuk menghindari tabrakan. Jarak pandang yang seringkali terbatas karena geometri tikungan jalan rel, membuat waktu untuk bereaksi dan menghentikan kereta seringkali tidak memadai untuk menghindari tabrakan.

Koordinasi, komunikasi dan kepatuhan adalah kata kunci dalam menjalankan moda angkutan jalan rel. Hal-hal sepele yang mengganggu ketiga hal tersebut dapat berakibat fatal.

Tahun 1956 atau 31 tahun sebelum tragedi Bintaro, kereta ekspres Madras-Tuticorin mengalami anjlok jembatan sungai Maradaiyar di Tamil Nadu, India yang menyebabkan tewasnya 154 penumpang. Segera setelah kejadian itu, Menteri perhubungan India saat itu, Lal Bahadur Shastri mengajukan pengunduran diri ke Perdana Menteri Jawaharlal Nehru.

Tahun 1993, seperti diberitakan Jawa Pos (6/10/2010), Slamet Suradio, mantan masinis KA225 keluar dari Lapas Cipinang setelah mendekam di sana selama 5 tahun. Tahun 1994 dia diberhentikan dengan tidak hormat dan tanpa uang pensiun dari PT PJKA (sekarang PT KAI) walau sebelumnya dia sudah bekerja lebih dari 20 tahun di perusahaan negara tersebut.

Sekarang untuk menyambung hidupnya di masa tuanya, Slamet Suradio berjualan rokok di dekat stasiun Kutoarjo dengan penghasilan tidak lebih dari Rp. 5000 per hari.


Bapak Slamet Suradio adalah salah satu masinis yang selamat dari insiden kecelakaan Tragedi Bintaro 1987. Alhamdulillah sekali nyawa bapak ini masih di selamatkan dan di  kasih umur panjang dan di lindungi Oleh Allah SWT.

Foto Bapak Slamet Suradio :



Foto Rute Kecelakaan Tragedi Bintaro 1987 :



B. Siksaan 

Siksaan itu dapat berwujud jasmani dan rohani yang nanti nya akan menimbulkan rasa penderitaan yang mendalam bagi seseorang tersebut . 

Penderitaan bagi korban yang selamat dari tragedi Biantaro diatas merupakan siksaan Jasmani dan Rohani yang cukup mendalam karena bagaimana pun bagi korban yang selamat dari tragedi tersebut pasti menaruh : 

1. Rasa trauma yang mendalam 

Rasa trauma yang tertanam pada diri nya pasti ada, mungkin perasaan trauma ini bagi korban yang selamat punya rasa ketakutan yang tinggi saat hendak berpergian naik kereta lagi. tapi bagaimanapun ini sudah takdir dari Allah SWT, dan kita tidak bisa menghindari nya

2. Ketakutan 

Ketakutan yang mempengaruhi jiwa para korban yang selamat secara bathin , karena rasa ketakutan yang tinggi masih tertanam apa lagi jika dia Flashback atau mengingat kembali tragedi tersebut, pasti orang tersebut akan merasakan ketakutan yang mendalam.

3. Perasaan sedih  
Perasaan sedih yang mendalam saat korban ditinggal duluan oleh kedua orang tua nya  atau di tinggal anak nya ,ataupun kerabatnya yang ia sayangi. pasti akan merasa sedih yang hebat saat dia mengenangnya kembali.


C. Kekalutan mental

Dalam suatu ilmu Psikologi , kekalutan mental adalah suatu penderitaan atau dapat disimpulkan sebagai gangguan kejiwaan akibat seseorang tidak mampu untuk menahan persoalan yang begitu berat untuk di hadapi oleh seseorang tersebut.

Tetapi dengan ketabahan nya yang tinggi, insyallah tidak akan merasakan gangguan kejiwaan. Karena apa? Kita telah di ajarkan dalam kondisi sesulit dan seberat apapun kita harus memiliki rasa Sabar dan ketabahan yang tinggi  dan terus ingat nama ALLAH S.W.T , insyallah jiwa kita masih terjaga . 

Begitu juga untuk para korban yang selamat dari Tragedi Bintaro 1987 tersebut, kita sebagai saudara setanah air kita harus merangkul nya dan membangkitkan jiwa nya agar tetap Tabah dan sabar , dan terus berdoa agar memiliki kehidupan yang baik kedepan nya.


D. Penderitaan dan Perjuangan

Seperti yang saya jelaskan di atas tadi , yang nama seorang manusia ataupun seorang Nabi pun tidak akan lepas dari yang nama nya suatu penderitaan. Namun kembalilah pada diri kita sendiri , bagaimana kita tetap harus memperjuangkan dengan menangani nya dengan cara kita sendiri . Terus berdoa, berusaha dengan kerja keras, jangan pernah mengeluh, dan terus mengingat nama ALLAH S.W.T di setiap hembusan nafas kita dan di hati kita.

Mengingat nya kembali boleh saja , tetapi yang berlalu biarlah berlalu. tetapi kita harus terus perjuangkan dengan rasa semangat yang tinggi, dan untuk para saudara kita Korban Tragedi Bintaro 1987 yang selamat teruslah berjuang dan tinggalkan lah rasa ketakutan nya, dan berjuang lah dengan semangat yang tinggi .

Referensi :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NUSA TENGGARA BARAT

Pengertian Bluetooth, Fungsi Dan Cara Kerjanya

Sejarah Windows OS Sampai Sekarang